Posted by : Unknown Rabu, 07 Oktober 2015

Disini saya akan menceritakan pengalaman hidup saya tentang "Menghargai Orang Lain". Dalam hal pertemanan, persahabatan, partner, dan yang terutama adalah kekeluargaan.

Dalam hal pertemanan sering kali kita melupakan untuk menghargai usaha yang dilakukan orang lain untuk mencapai sesuatu mungkin dalam hal tugas kelompok salah satu nya. Terkadang saya sendiri juga merasa kecewa juga, karena ya dari hal yang saya usahakan untuk menyelesaikan tugas kelompok sendirian, dikritik tidak bagus dari kelompok saya, namun jujur, saya juga pernah melakukan hal tersebut terhadap teman saya.
Terlebih lagi jika kita sudah merasa sangat dekat sama teman kita sendiri atau pun tidak, kadang "bullying" itu muncul dengan sendiri nya. Dengan membawa fisik, perkataan yang tidak baik dan banyak lagi. Itu salah satu hal yang bisa dibilang "biasa" namun itu bisa membuat orang sakit hati juga. Sulit sekali menghilangkan hal seperti itu (bullying), malah ada slogan nya seperti ini "bullying a cancer that must be eradicated". Tapi bagaimana memberantasnya? Ya dengan ngehargain dulu apa yang orang lain punya sih sebenernya *soktauyamaaf* haha Bullying itu bisa memicu pertikaian satu sama lain, kalau memang dari orang yang dibully itu sudah tidak kuat atau pun mau meledak. Karena saya sudah melihatnya sendiri di depan mata saya, haha dari bercanda, menjelekan satu sama lain, ya akhir nya berantem deh. Lucu sebenarnya, tapi itulah kenapa "Menghargai Orang Lain" itu sangat penting untuk menghindari bullying dan pertikaian. *apasih* haha
Dalam hal keluarga, saya sering merasa tidak enak hati disaat ibu saya sendiri yang merasakan hal tersebut(kurang dihargai), dalam bentuk masakan misalnya. Sehari sebelum saya kuliah, saya meminta ibu saya memasakan bekal untuk saya kuliah, jujur walau sudah besar dan berumur 21 tahun saya masih suka membawa bekal, ya itung-itung prosedur irit duit jajan hahaha. Jam makan siang . saya diajak teman-teman saya untuk makan ditempat makan biasa kita nongkrong, lalu saya ikut mereka dan memesan makan juga (pikir saya, istirahat 2 kali dan bekal bisa saya makan nanti di jeda kedua). Ternyata sehabis makan itu dosen selanjutnya tidak masuk, dan saya memutuskan pulang kerumah. Sesampai dirumah saya pun lupa dengan bekal yang sudah dibuatkan ibu saya. Sesampai dirumah ibu saya bertanya kenapa tidak dimakan bekalnya, dengan enaknya saya lupa dan bilang tadi diajak makan dengan teman-teman. Ibu saya pun jadi agak kesal dan mengehela nafas karena bekalnya yang pagi-pagi Ia buatkan tidak saya makan. Disitu satu hal yang membuat saya kurang menghargai apa yang sudah ibu saya lakukan kepada saya. Ya, dengan buat sarapan pagi, masak nasi jam 5 pagi, memasak nya makanan pagi-pagi dengan energi yang mungkin kurang fit. Tapi akhirnya bekal itu pun saya makan walau memang dirumah. Ya, suatu hari saya membuat bekal saya sendiri, wah berat juga ternyata kalau tidak terbiasa, habis subuh masak nasi, padahal lauknya cuma goreng telor saja, tp rasa ngantuk nya itu, bukan main lah pokoknya (karena memang saya habis subuh biasa tidur lagi. *lagi-lagi hal yang tidak baik*). Dari situ saya berfikir, gimana dengan ibu saya? Menyiapkan masakan untuk 3 anak kesayangannya, bangun pagi, solat subuh, terus masak.
Dari "Memakan bekal ibu" saja itu sudah menjadi salah satu hal yang seharusnya kita lakukan untuk menghargai apa yang sudah ibu kita buat untuk kita. Dengan kompisi makanan yang pas yang selalu ibu saya berikan membuat semua berjalan dengan baik, dan terkadang dibawakan jus juga (ya walau kadang sih haha) . Mulailah menghargai orang lain dari keluarga , karena jika dari keluarga sudah bisa menghargai satu sama lain, pasti diluar lingkup keluarga bisa melakukan hal yang sama dengan sendiri nya, karena terbiasa. Yap benar, bisa karena biasa.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Labels

Afif Yulistian. Diberdayakan oleh Blogger.

Gunadarma

Label

< Sebelumnya
Selanjutnya >

- Copyright © Sebuah Kata Jadi Cerita -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -